10 Adab Berbicara Menurut
Islam
Berikut adalah 10 Adab Berbicara Menurut Islam.
Dari sepuluh adab berbicara menurut Islam ini, akan lebih baik jika kita boleh
mengaplikasikannya dalam kehidupan kita.
- Semua pembicaraan harus kebaikan, dan menghindari mengucapkan yang bathil. ‘Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredha Allah SWT yang ia tidak mengira akan mendapatkan demikian, sehingga dicatat oleh Allah SWT keredhaanNya bagi orang tersebut sampai Hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah SWT mencatatnya yang demikian itu sampai Hari Kiamat.’ (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis Hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
- Berbicara dengan jelas dan mudah difahami.
- Tidak berlagak atau dengan cara yang sombong.
- Menghindari terlalu banyak berbicara sehingga membosankan.
- Mengulangi kata-kata yang penting jika perlu.
- Menghindari dusta.
- Menjauhi perbahasan atau perdebatan. ‘Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan kerana terlalu banyak berdebat.’ (HR Ahmad dan Tirmidzi) dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi SAW: ‘Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bergurau, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaknya.’ (HR Abu Daud)
- Menjauhi kata-kata keji, mencela dan melaknat. ‘Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.’ (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
- Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang buruk.
- Menghindari mengumpat dan mengadu domba.
- Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadis Nabi SAW dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: ‘Ada seseorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka Nabi SAW bersabda, ‘Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu!’ Lalu beliau (Nabi SAW) bersabda, ‘Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si Fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seseorang pun disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.’ (HR Muttafaq ‘alaih, dan ini adalah lafazh Muslim)